Home / Artikel / Limpas

Limpas

Tahun 80-an, limpas adalah istilah yang kami gunakan untuk menggambarkan air yang telah sampai ke jalan karena sungai telah penuh. Limpas adalah kegembiraan. Pada saat limpas, anak-anak bermain di jalan desa dan mencari ikan. Limpas sangat jarang terjadi dan berlangsung hanya sejam atau dua jam, tidak sampai berhari-hari. Airnya pun bersih. Ah.. sungguh menyenangkan untuk diingat.

Pada sungai yang relatif besar, Sungai Amandit, orang-orang menunggu pohon yang terbawa arus. Anak remaja duduk di jembatan dan begitu mereka melihat ada pohon yang terbawa arus, mereka langsung terjun dan berenang menarik pohon tersebut ke pinggir sungai. Limpas tidak bermakna musibah tetapi lebih kepada kegembiraan.

Akan tetapi semua itu telah berubah. Limpas telah membawa duka dan derita. Limpas bisa berlangsung berhari-hari dan menghambat aktivitas masyarakat dan merugikan. Masyarakat tidak bisa ke kebun, mencari nafkah, merusak kebun, bahkan sampai membuat kesulitan mencari makan. Daerah pegunungan terkena dampak limpas hingga merusak rumah-rumah penduduk.

Instrumen alam yang dulu mampu secara alami dapat menahan dan menampung air hujan sekarang tidak mampu lagi. Hujan pada masa lalu adalah hujan yang memahami kemampuan sungai untuk menampung air. Sekarang, itu tidak ada lagi keseimbangan. Air hujan yang turun tidak sesuai lagi dengan kapasitas sungai dan sungai serta wilayah resapan pun tidak lagi sesuai dengan kebutuhan jumlah air. Alam tampaknya tidak mampu lagi mengatur diri sendiri menyesuaikan dengan kebutuhan alam itu sendiri. Ketidakmampuan tersebut, mungkin, karena terlalu banyak campur tangan manusia untuk kepentingan manusia. Itu menyebabkan alam tidak lagi mampu menyesuaikan diri menjaga keseimbangannya.

About Ahmad Juhaidi

Check Also

Politik Ngangal

oleh H. Sofyan Noor AA “Politik itu ngangal” (Ucapan Drs.H.Bahdar Johan kepada H.Syamsul Mu’ari f, …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

UA-82099772-1